Geomorfologi
adalah cabang ilmu yang mempelajari bentuk permukaan lahan dan
sejarahnya.Secara luas, geomorfologi berhubungan dengan bentuk lahan (landform)
tererosi dari batuan yang keras, namun bentuk konstruksinya di bentuk oleh
runtuhan batuan, dan terkadang oleh perilaku organisme di tempat mereka hidup.
Konsep-konsep Dasar Geomorfologi
Thornbury (1969) dalam buku yang
berjudul “Principles of Geomorphology” mengemukakan 10 konsep dasar dalam
geomorfologi, yaitu:
ü Proses-proses fisik dan hukumnya
yang terjadi saat ini berlangsung selama waktu geologi.
ü sruktur geologi merupakan faktor
pengontrol yang dominan dalam evolusi bentuk lahan (land forms).
ü Tingkat perkembangan relief
permukaan bumi tergantung pada proses-proses geomorfologi yang berlangsung.
ü Proses-proses geomorfik terekam pada
land forms yang menunjukan karakteristik proses yang berlangsung.
ü Keragaman erosional agents tercermin
pada produk dan urutan land forms yang terbentuk.
ü Evolusi geomorfologi bersifat
komplek.
ü Obyek alam di permukaan bumi umumnya
berumur lebih muda dari Pleistosen.
ü Interpretasi yang sempurna mengenai
landscapes melibatkan beragam faktor geologi dan perubahan iklim selama
Pleistosen.
ü Apresiasi iklim global diperlukan dalam
memahami proses-proses geomorfik yang beragam Geomorfologi,
ü Umumnya mempelajari land forms /
landscapes yang terjadi saat ini dan sejarah pembentukannya.
Proses
Geomorfologi
Proses
geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik maupun kimiawi yang
dialami di permukaan bumi. Penyebab proses tersebut yaitu benda-benda alam yang
kita kenal dengan nama geomorphic agent, berupa air dan angin. Termasuk di
dalam golongan geomorphic agent air ialah air permukaan, air bawah tanah,
glacier, gelombang, arus, dan air hujan. Sedangkan angin terutama mengambil
peranan yang penting di tempat-tempat terbuka seperti di padang pasir atau di
tepi pantai. Kedua penyebab ini dibantu dengan adanya gaya berat, dan
kesemuanya bekerja bersama-sama dalam melakukan perubahan terhadap roman muka
bumi. Tenaga-tenaga perusak ini dapat kita golongkan dalam tenaga asal luar
(eksogen), yaitu yang datang dari luar atau dari permukaan bumi, sebagai lawan
dari tenaga asal dalam (endogen) yang berasal dari dalam bumi.Tenaga asal luar
pada umumnya bekerja sebagai perusak, sedangkan tenaga asal dalam sebagai
pembentuk.Kedua tenaga inipun bekerja bersama-sama dalam mengubah bentuk roman
muka bumi ini.
Bentuk Lahan
Bentuk lahan adalah suatu kenampakan medan yang terbentuk
oleh proses alami yang memiliki komposisi tertentu dan karakteristik fisikal
dan visual dengan julat tertentu yang terjadi dimanapun bentuklahan tersebut
terdapat. Berdasarkan klasifikasi yang dikemukaan oleh Van Zuidam (1969) dan
Verstappen maka bentuk muka bumi dapat diklasifikasikan menjadi 8 satuan
bentuklahan utama (geomorfologi), yang dapat masing-masing dirinci lagi
berdasarkan skala peta yang digunakan. Adapun satuan bentuk lahan tersebut
adalah sebagai berikut (Zmit, 2013).
a.
Bentuk Lahan asal Fluvial
Bentuklahan
asal proses fluvial terbentuk akibat aktivitas aliran sungai yang berupa
pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi) membentuk
bentukan-bentukan deposisional yang berupa bentangan dataran aluvial (Fda) dan
bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun oleh material sedimen
berbutir halus. Bentuklahan asal fluvial adalah sebagai berikut (Suhendra,
2009).
b.
Bentuk Lahan asal Denudasional
Proses
denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan dari proses pelapukan gerakan
tanah erosi dan kemudian diakhiri proses pengendapan. Semua proses pada batuan
baik secara fisik maupun kimia dan biologi sehingga batuan menjadi desintegrasi
dan dekomposisi. Batuan yang lapuk menjadi soil yang berupa fragmen, kemudian
oleh aktifitas erosi soil dan abrasi, tersangkut ke daerah yang lebih landai
menuju lereng yang kemudian terendapkan.
Pada bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi atau tingkat. Derajat erosi ditentukan oleh : jenis batuannya, vegetasi, dan relief. Bentuklahan asal denudasional adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
Pada bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi atau tingkat. Derajat erosi ditentukan oleh : jenis batuannya, vegetasi, dan relief. Bentuklahan asal denudasional adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
c.
Vulkanik
Volkanisme
adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma yang bergerak naik
ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi berbagai bentuk lahan yang
secara umum disebut bentuk lahan gunungapi atau vulkanik. Bentuklahan asal
gunungapi adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
d.
Marin
Aktifitas
marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan pertemuan
terumbu karang.Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas marine berada di
kawasan pesisir yang terhampar sejajar garis pantai. Pengaruh marine dapat
mencapai puluhan kilometer ke arah darat, tetapi terkadang hanya beberapa ratus
meter saja. Sejauh mana efektifitas proses abrasi, sedimentasi, dan pertumbuhan
terumbu pada pesisir ini, tergantung dari kondisi pesisirnya. Proses lain yang
sering mempengaruhi kawasan pesisir lainnya, misalnya : tektonik masa lalu,
berupa gunung api, perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi penyusun.
Bentuklahan asal marin adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
e.
Eolin
Gerakan
udara atau angin dapat membentuk medan yang khas dan berbeda dari bentukan
proses lainnya. Endapan angin terbentuk oleh pengikisan, pengangkatan, dan
pengendapan material lepas oleh angin.Endapan angin secara umum dibedakan
menjadi gumuk pasir dan endapan debu.Bentuklahan asal eolin adalah sebagai
berikut (Suhendra, 2009).
f.
Organisme
Merupakan
bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas organisme contohnya adalah terumbu karang
dan pantai bakau.
g.
Bentuklahan asal structural
Bentuk lahan
struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau proses tektonik, yang
berupa pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Gaya (tektonik) ini bersifat
konstruktif (membangun), dan pada awalnya hampir semua bentuk lahan muka bumi
ini dibentuk oleh kontrol struktural.Bentuklahan asal struktural adalah sebagai
berikut (Suhendra, 2009).
h.
Bentuk
Lahan asal Glasial
Bentukan ini
tidak berkembang di Indonesia yang beriklim tropis ini, kecuali sedikit di
puncak Gunung Jaya Wijaya, Papua.Bentuk lahan asal glasial dihasilkan oleh
aktifitas es/gletser yang menghasilkan suatu bentang alam (Suhendra, 2009).
Semua satuan
bentuklahan tersebut memiliki karakter yang khas dan mencerminkan ciri
tertentu. Dengan demikian maka, dengan mengenal nama satuan bentuklahan akan
dapat dibayangkan sifat alaminya. Satuan bentuklahan ini sangat penting
terutama dalam konteks kajian lingkungan, baik lingkungan fisik, biotis, maupun
kultural (Suhendra, 2009).
i.
Bentuk
Lahan asal Pelarutan
Bentuk lahan
karst dihasilkan oleh proses pelarutan pada batuan yang mudah larut. Karst
adalah suatu kawasan yang mempunyai karekteristik relief dan drainase yang
khas, yang disebabkan keterlarutan batuannya yang tinggi.Dengan demikian Karst
tidak selalu pada batu gamping, meskipun hampir semua topografi karst tersusun
oleh batu gamping.Bentuklahan asal pelarutan adalah sebagai berikut (Suhendra,
2009).
Erosi
Erosi
adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah,
batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada
tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup
semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi.
Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses
penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan
keduanya.
Erosi
sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan
tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam
tata guna lahan yang buruk, penggundulanhutan,
kegiatan pertambangan, perkebunan
dan perladangan,
kegiatan konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan
pembangunan jalan.
Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami
erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya.
Alih
fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar
tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman
pertanian yang lebih lemah.Bagaimanapun, praktik tata guna lahan yang maju
dapat membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building,
praktik konservasi ladang dan penanaman pohon.
Dampak
dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian
atas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan).
Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air
(infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam
lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan
mengakibatkan banjir di sungai.
Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya
akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya
sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi
kelancaran jalur pelayaran.
Macam-macam
erosi :
Erosi dibedakan
menjadi 2, yaitu:
1.
Erosi alami atau erosi geologi (Geologycal erosion)
Erosi alami
atau erosi geologi adalah erosi yang berlangsung secara alamiah, pada keadaan
ini tidak dikhawatirkan oleh proses erosi, karena masih merupakan proses
keseimbangan alam, artinya kecepatan kehilangan tanah masih sama atau lebih
kecil dari proses pembentukan tanah. Proses erosi
ini terjadi karena adanya pelapukan terhadap suatu batuan. Pemecahan
agregat-agregat tanah atau bongkah-bongkah tanah ke dalam partikel-partikel
tanah yaitu butiran-butiran tanah yang kecil, sebagai
akibat dari faktor eksternal seperti panas dan dingin. Kemudian
partikel-partikel tersebut dipindahkan melalui
penghanyutan ataupun karena kekuatan angin(transportasi),
setelah itu terjadi proses pengendapanatau
sedimentasi pada daerah-daerah datar seperti di dasar-dasar
sungai atau lembah. Pada erosi jenis ini kesuburan tanah masih terjaga, belum
mengalami degradasi yang berarti.
2.
Erosi dipercepat (Accelerated
erosion)
Erosi
dipercepat atau Accelerated erosion yaitu proses erosi yang
dipercepat akibat tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan yang salah
dalam pengelolaantanah pada pelaksanaan pertanian. Dari
pengertian ini diketahui bahwa aktivitas manusia sangat membantu dalam
mempercepat terjadinya proses erosi. Erosi yang dipercepat ini banyak
menimbulkan bencana dan kerugian seperti banjir, kekeringan, ataupun turunnya
produktivitas tanah. Hal ini dikarenakan bagian tanah yang terhanyutkan atau
terpindahkan jauh lebih besar dibanding dengan pembentukan tanah.
Erosi dapat
juga dibedakan berdasarkan kenampakan lahan,yaitu :
1.
Erosi Percikan (Splash Erosion)
Erosi percik
adalah terkelupasnya partikel-partikel tanah bagian atas oleh tenaga kinetik
air hujan bebas atau sebagai air lolos. Erosi ini terjadi pada awal hujan,
dimana intensitas erosi meningkat dengan adanya air genangan, tetapi setelah
terjadi genangan dengan kedalaman tiga kali ukuran butir hujan, erosi
percik menjadi minimum.
2.
Erosi Kulit (Sheet Erosion)
Erosi kulit
adalah erosi yang terjadi ketika lapisan tipis permukaan tanah di daerah
berlereng terkikis oleh kombinasi air hujan dan air larian. Erosi kulit
merupakan bentuk erosi yang terjadi setelah erosi percik. Erosi kulit dapat
terlihat secara jelas di daerah yang relatif seragam permukaannya dan daerah
yang memiliki potensi besar mengalami erosi kulit adalah daerah dengan
komposisi lapisan permukaan tanah atas yang rentan atau lepas terletak di atas
lapisan bawah yang sulit. Besar kecilnya tenaga penggerak terjadinya erosi
kulit ditentukan oleh kecepatan dan ke dalaman air larian.
3.
Erosi Alur (Rill Erosion)
Erosi alur
adalah pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan partikel-partikel tanah
oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air. Erosi
alur terjadi ketika air larian masuk ke dalam cekungan permukaan tanah,
kecepatan air larian meningkat dan akhirnya terjadilah transportasi sedimen.
4.
Erosi Parit (Gully Erosion)
Erosi parit
merupakan perkembangan lanjut dari erosi alur, dikatakan sebagai erosi parit
apabila alur sudah sangat besar dan tidak dapat dihilangkan hanya dengan
pembajakan biasa atau alur tersebut berhubungan langsung dengan saluran
pembuangan utama. Erosi parit diklasifikasikan menjadi erosi parit bersambungan
dan erosi parit terputus-putus. Sedangkan menurut bentuk penampang melintangnya
erosi parit dibedakan menjadi parit bentuk V dan parit bentuk U. Erosi parit
bentuk V terjadi pada tanah yang relatif dangkal dengan tingkat kerapuhan tanah
(erodibilitas) seragam, sedangkan erosi parit bentuk U terjadi pada
tanah dengan erodibilitas rendah terletak di atas lapisan
tanah dengan erodibilitas tanah lebih tinggi.
5.
Erosi Lembar
Erosi
lembar (sheet erosion) adalah pengakutan lapisan tanah yang merata tebalnya
dari suatu permukaan tanah.Kekuatan butiran-butiran hujan dan aliran permukaan
yang merata diatas permukaan tanah merupakan penyebab erosi ini. Karena
kehilangan lapisan dipermukaan tanah seragam tebalnya, maka bentuk erosi
ini tidak segera nampak.
6.
Erosi Saluran
Erosi
sungai atau saluran merupakan erosi yang terjadi akibat dari terkikisnya
permukaan tanggul sungai dan gerusan sediment di sepanjang dasar saluran.Erosi
semacam ini dipengaruhi oleh variabel hidrologi/hidrolik yang mempengaruhi
sistem sungai.
Penyebab Terjadinya Erosi
ada
beberapa penyebab terjadinya erosi, yaitu :
1. Curah
hujan
Sifat-sifat
hujan yang perlu diketahui :
·
Intensitas hujan adalah banyaknya hujan
persatuan waktu. dinyatakan dalam mm/jam atau cm/jam.
·
Jumlah hujan adalah banyaknya air hujan
selama terjadi hujan, selama satu bulan atau satu tahun dsb.
·
Distribusi hujan adalah penyebaran waktu
terjadinya hujan.
Dari
sifat-sifat hujan tersebut yang paling berpengaruh terhadap besarnya erosi
adalah intensitas hujan. Jumlah hujan rata-rata tahunan yang tinggi tidak akan
menyebabkan erosi yang berat apabila hujan tersebut terjadi secara merata,
sedikit demi sedikit sepanjang tahun. Sebaliknya, curah hujan rata-rata tahunan
yang rendah mungkin dapat menyebabkan erosi berat bila hujan tersebut jatuh
sangat deras meskipun hanya sekali-kali.
2. Vegetasi
Pengaruh
vegetasi terhadap erosi adalah :
·
Menghalangi air hujan agar tidak jatuh
langsung di permukaan tanah sehingga kekuatan untuk menghancurkan tanah sangat
dikurangi. Makin rapat vegetasi,makin efektif mencegah terjadinya erosi.
·
Menghambat aliran permukaan dan
memperbanyak air infiltrasi.
·
Penyerapan air ke dalam tanah diperkuat
oleh transpirasi (penguapan air) melalui vegetasi.
3. Pengaruh
lereng
Erosi
akan meningkat apabila lereng semakin curam atau semakin panjang. Apabila
lereng semakin curam maka kecepatan aliran permukaan meningkat sehingga
kekuatan mengangkut meningkat pula.Lerng yang semakin panjang menyebabkan
volume air yang mengalir menjadi semakin besar.
4. Kerusakan
yang disebabkan oleh manusia
Kepekaan
tanah terhadap erosi dapat diubah oleh manusia menjadi lebih baik atau lebih
buruk. Pembuatan teras-teras pada tanah yang berlereng curam merupakan pengaruh
baik bagi manusia karena dapat mengurangi erosi.Sebaliknya, penggundulan hutan
di daerah-daerah pegunungan merupakan pengaruh manusia yang jelek karena dapat
mempengaruhi banjir.
Gerakan Massa
Gerak
massa batuan dibedakan menjadi 4 kelompok:
1. Aliran
lambat (slow flowage)
Creepyaitu gerakan tanah atau puing-puing
batuan menuruni lereng karena pengaruh gravitasi, gerakan sangat lambat
sehingga biasanya tidak tampak mata.
Contoh: soil creep, talus creep,
rock creep, rock-glacier creep dan solifluction.
2. Aliran
cepat (rapid flowage)
Bergerak sebagai aliran cepat,
biasanya melewati saluran, material berupa: tanah, lempung, puing batuan yang
jenuh air.
Contoh: earthflow, mudflow,
debris avalanche.
3. Longsoran
atau landslide
Gerakannya nampak mata, material
relatif kering.
Contoh: slump, debris slide,
debris fall, rock slide, rock fall.
4.
Runtuhan
Runtuhan
adalah proses yang terjadi karena adanya prtikel-partikel kecil dari batuan
yang jatuh kebawah yang bersal dari batuan induk.
Gerakan massa dipengaruhi oleh
faktor-faktor sebagai berikut :
1. Kekompakkan tanah atau batuan
2. Vegetasi
3. Kemiringan lereng
4. Berat massa tanah atau batuan
serta massa benda diatasnya
5. Kandungan air
6. Adanya bidang pelincinr yang
miring
7. Getaran bumi baik oleh genpa bumi
maupun oleh sebab lain seperti
lewatnya kendaraan berat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar